Mengenal Cianjur dari Berbagai Sudut

Cianjur dan Peran Pentingnya Dalam Pencak Silat Jawa Barat

0

Banyak yang belum mengetahui bahwa Kabupaten memiliki peran penting dalam sejarah dan perkembangan pencak silat di Jawa Barat

Pencak Silat adalah seni bela diri tradisional yang memiliki banyak aliran dan varian di setiap daerah.

Di Jawa Barat, Pencak Silat dibagi menjadi beberapa aliran, antara lain Cimande, Cikalong, Syahbandar, dan beberapa aliran lainnya.

Salah satu aliran yang terkenal adalah Pencak Silat Cimande. Aliran ini pertama kali disebarkan oleh seorang tokoh bernama Sakir, yang berasal dari Kecamatan Mande, Kabupaten .

Sakir, yang dikenal sebagai sosok yang memiliki ilmu kebatinan yang tinggi, sangat dihormati oleh masyarakat setempat.

Banyak orang yang tertarik untuk belajar Pencak Silat dari Sakir. Pada masa itu, Kabupaten diperintah oleh Bupati R. Aria Wiratanudatar II, yang juga dikenal dengan sebutan Dalem Enoh.

Sakir kemudian diangkat oleh Dalem Enoh menjadi guru Pencak Silat dan keamanan di Kabupaten .

Salah satu murid terkenal Sakir adalah putra Dalem Enoh yang bernama R. Wiranaga, yang juga dikenal dengan sebutan Aria Cikalong.

Menurut sejarawan di Kabupaten , selain R. Wiranagara, terdapat juga murid-murid lain seperti R. Obing Ibrahim dan R. Haji Ipung Prawirasudibja.

Mereka menjelaskan bahwa pada tahun 1780, Sakir pernah menguji kemahirannya dalam Pencak Silat dengan seorang pemuda Tionghoa dari Macao di alun-alun , dan pada pertarungan itu Sakir berhasil memenangkan pertandingan.

Pada tahun 1812, R. Aria Wiratanudatar II atau R. Enoh meninggal dunia. Ia meninggalkan tiga orang putra, yaitu Aria Wiranagara (Aria Cikalong), R. Natanagara (R. Haji Muhamad Tobri), dan Aom Abas (Bupati Limbangan).

Setelah itu, Sakir pindah ke Bogor atas permintaan R. Aria Natanagara dan diangkat menjadi pengawal Bupati Bogor.

Meskipun demikian, Sakir tetap tinggal di Cimande, Kabupaten . Karena itulah, Pencak Silat yang diajarkan dan disebarkan oleh Sakir dikenal dengan nama Pencak Cimande.

Menurut catatan yang diperoleh, penyebaran Pencak Cimande di Cianjur hanya berlangsung hingga tahun 1813.

Namun, pada tahun 1819, Pencak Cimande mulai menyebar ke daerah Cianjur Selatan. Penyebaran ini dilakukan oleh para murid dan pengikut Sakir yang pergi ke daerah perkebunan di Cianjur Selatan dan Garut Selatan.

Penyebaran ini berlanjut hingga tahun 1930. Setelah penyebaran Pencak Cimande, aliran Pencak Cikalong dan Syahbandar juga mulai tersebar di daerah tersebut oleh para murid R. Haji Ibrahim dari Cikalong.

Pencak Cikalong diciptakan dan dikembangkan oleh R. Haji Ibrahim, yang merupakan keturunan ke-9 dari Dalem Cikundul, Majalaya, Kecamatan Cikalong Kulon.

R. Haji Ibrahim belajar Pencak Silat dari berbagai sumber, termasuk guru-guru terampil seperti R. Ateng Alimudin, Abang Ma’rup, Abang Madi, Abang Kari, dan lainnya.

R. Haji Ibrahim meninggal dunia pada tahun 1906 dalam usia 90 tahun. Salah satu keistimewaan dari R. Haji Ibrahim adalah dia tidak menerima bayaran atas ilmu Pencak Silat yang diajarkan.

Namun, dia hanya mengajarkan Pencak Cikalong kepada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk ketaatan kepada guru, pemerintah, orang tua, dan agama.

Para muridnya juga diharapkan hidup dalam kesederhanaan, tanpa rasa superioritas terhadap orang lain. Prinsip-prinsip tersebut dianggap sebagai syarat mutlak bagi para murid Pencak Cikalong.

Pencak Cikalong, Cimande, dan Syahbandar merupakan bagian dari kekayaan seni bela diri tradisional Jawa Barat.

Keberadaan dan perkembangan aliran-aliran tersebut tidak terlepas dari para tokoh dan guru-guru yang telah mengabdikan diri untuk melestarikan dan mengajarkan seni budaya ini.

Sebagai warisan budaya yang berharga, Pencak Silat di Jawa Barat tetap hidup dan berkembang, menjadi simbol kekuatan, ketahanan, dan keindahan budaya Sunda.

Leave A Reply

Your email address will not be published.