Simak 5 Pahlawan Nasional Jawa Barat Dari Cianjur
Pahlawan nasional Jawa Barat sangat banyak, namun belum semuanya dikenal masyarakat. Berikut ini adalah daftar 5 pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan Belanda di Cianjur dan sekitarnya selama awal abad ke-20.
Letkol Eddie Soekardi
Eddie Soekardi lahir di Cianjur, Jawa Barat. Ia adalah salah satu pahlawan Indonesia pertama yang gugur dalam perang kemerdekaan.
Setelah menyelesaikan studinya di STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Bandung, ia menjadi dokter yang mengkhususkan diri dalam pengobatan tropis dan kembali ke Cianjur untuk menjadi dokter di sana.
Ketika gerakan kemerdekaan Indonesia semakin intensif selama 1945-1949, Eddie Soekardi bergabung dengan Staf Markas Besar KODAM VII/WILKOM sebagai perwira medis pada tanggal 15 Agustus 1947 di bawah Kolonel Mohamad Koesno Sukarno dan Mayor Abdul Haris Nasution yang juga seorang dokter tentara dari Jakarta.
Dia bertugas selama lima bulan sampai kematiannya pada 19 Desember 1948 ketika dua kapal perang Belanda menyerang Semarang dari laut dengan pesawat terbang yang mengebom dari atas dan kapal-kapal yang menembak dari bawah menyebabkan korban berat di kedua belah pihak termasuk Letnan Kolonel Eddie Soekardi yang meninggal pada usia 28 tahun.
Abdullah bin Noeh
Lahir pada tahun 1815, Abdullah bin Noeh adalah seorang pemimpin gerakan Padri. Ia lahir di Cianjur dan meninggal di sini pada tanggal 13 Mei 1854, ketika berperang melawan pemerintah kolonial Belanda.
Ayahnya adalah seorang hakim dan ia memulai pendidikannya pada usia tiga tahun. Ia belajar di Pondok Pesantren di Cianjur dan kemudian pindah ke Mekkah untuk belajar hukum Islam. Pada tahun 1843, ia kembali ke rumah dengan sekelompok siswa untuk menyebarkan ajaran mereka.
Dalam beberapa tahun, kelompok ini telah berkembang menjadi lebih dari 100.000 orang. Pada tahun 1853, mereka memulai pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda. Gerakan Padri berlangsung hingga tahun 1875, ketika Noeh terbunuh dalam pertempuran.
KH Raden Alit Prawatasari
Raden Alit Prawatasari adalah seorang pahlawan dari Cianjur, Jawa Barat. Ia lahir pada tahun 1892 dan meninggal pada tahun 1960.
Selama hidupnya, ia berjuang untuk kemerdekaan dan menjabat sebagai anggota Kabinet Sukarno. Dia adalah seorang nasionalis aktif yang bekerja dengan Sukarno untuk melawan pemerintah kolonial Belanda.
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, ia diangkat menjadi Menteri Agama dua kali: sekali di bawah Perdana Menteri Amir Syarifuddin Harahap (1957-1958) dan sekali di bawah Perdana Menteri Adam Malik (1958).
Ayahnya adalah seorang tentara yang berperang melawan pemerintah kolonial Belanda selama perang kemerdekaan. Dia menerima pendidikannya di sekolah perempuan dan kemudian menjadi guru.
Dia bertemu Sukarno ketika dia datang untuk berbicara di salah satu acara sekolahnya; mereka jatuh cinta dan menikah segera setelahnya. Namanya kini abadi di taman yang kini dikenal Taman Prawatasari.
Asmin Sucipta
Asmin Sucipta lahir di Cianjur, Jawa Barat dan kemudian menjadi guru di sekolah setempat. Ia juga salah satu pendiri PNI cabang Cianjur, yang dibentuk pada 22 November 1946. Asmin Sucipta juga aktif di bidang lain seperti olahraga dan jurnalisme.
Asmin Sucipta bermain sepak bola untuk FK Bandung (sekarang dikenal sebagai PSBW) selama musim 1949-50. Setelah pensiun dari sepak bola, ia terus bekerja sebagai jurnalis dengan menulis artikel tentang politik, olahraga dan masalah sosial untuk surat kabar harian termasuk “Antara” dan “Manado Post”.
Pada tahun 1959 Asmin Sucipta terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan kemudian menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dia bertugas di MPR sampai dibubarkan pada tahun 1966 setelah upaya kudeta yang gagal oleh Mayor Jenderal Suharto.
Raden Siti Jenab
Raden Siti Jenab adalah seorang pahlawan wanita asal Cianjur yang berjuang melawan Belanda selama pendudukan mereka di Jawa Barat. Ia lahir di Cianjur, dan tumbuh menjadi seorang guru dan anggota gerakan Padri.
Kaum Padri adalah sekte Islam yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan kolonial dengan cara apa pun yang diperlukan – dan mereka bersedia menggunakan kekerasan terhadap siapa pun yang menentang mereka atau menghalangi jalan mereka, termasuk umat Islam yang tidak setuju dengan mereka.
Raden Siti Jenab terlibat dengan kelompok ini karena dia ingin membantu negaranya memperoleh kemerdekaan dari penjajahnya, yang membuatnya menjadi musuh baik bagi penjajah maupun kelompok Muslim lainnya yang tidak percaya menggunakan cara-cara kekerasan terhadap orang-orang yang telah menganiaya mereka.
Dia selamat dari beberapa percobaan pembunuhan sebelum dibunuh oleh pasukan pemerintah ketika dia mencoba memimpin pemberontakan lain melawan pemerintahan Belanda pada tahun 1825 pada usia 40 tahun; satu tahun kemudian Indonesia memenangkan kemerdekaannya dari penguasa kolonialnya.
Kelima pahlawan Jawa Barat ini layak untuk dikenal. Mereka tidak hanya menjadi simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia di Cianjur, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kaum muda saat ini.
Kami berharap artikel ini akan membantu Anda mempelajari tentang para pahlawan ini dan membuat mereka bangga.
[…] Simak 5 Pahlawan Nasional Jawa Barat Dari Cianjur […]