Menggali Akar Penurunan Minat Mahasiswa Dalam Berorganisasi
CIANJUR – Tren penurunan minat mahasiswa dalam berorganisasi menjadi sorotan hangat belakangan ini. Sosial media menjadi panggung utama bagi diskusi yang semakin mengemuka. Namun, apa sebenarnya yang menjadi penyebab utama dari menurunnya minat tersebut?
Tampaknya, lingkungan dan iklim organisasi yang toksik menjadi salah satu alasan terkuat di balik fenomena ini. Mulai dari rapat yang berlangsung hingga larut malam, keterlambatan dalam acara, hingga proses pergantian kepengurusan yang tak kunjung selesai, semuanya menjadi ciri khas dari toksisitas dalam dunia organisasi mahasiswa.
Konsekuensi dari toxic ini terasa cukup berat bagi organisasi mahasiswa saat ini. Bukan hanya jumlah pendaftar yang terus menurun setiap tahunnya, tapi juga minat anggota atau kader dalam mengikuti kegiatan organisasi yang semakin menurun. Hal ini juga memberikan dampak psikologis yang signifikan bagi para anggota, yang terlihat dari semakin berkurangnya komitmen mereka terhadap organisasi.
Baca Juga:
Di tengah situasi ini, lembaga organisasi di tingkat fakultas hingga universitas seharusnya menjadi tempat yang memberikan solusi. Berbagai organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Semi Otonom (BSO), hingga kelompok studi fakultas, memberikan janji untuk memberikan ruang bereksplorasi dan berekspresi bagi mahasiswa.
Namun, apa yang membuat beberapa mahasiswa memilih untuk tidak berpartisipasi aktif dalam organisasi? Pertama, ada yang merasa bahwa mereka tak memiliki cukup waktu untuk berkomitmen sepenuhnya dalam organisasi, terutama karena beban akademik atau komitmen di luar kampus yang membutuhkan perhatian lebih besar.
Selain itu, beberapa mahasiswa mungkin merasa bahwa manfaat yang diperoleh dari organisasi tidak sebanding dengan waktu dan usaha yang diperlukan. Fokus pada pencapaian pribadi atau kegiatan lain yang dianggap lebih memberikan nilai tambah mungkin menjadi pilihan yang lebih menarik bagi mereka.
Baca Juga:
Patriarki dan Pengakuan Dilema Korbanisasi Laki-Laki dalam Kekerasan Seksual
Pandangan yang berbeda terhadap organisasi juga menjadi faktor. Beberapa merasa bahwa tujuan atau metode organisasi tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka. Mereka mungkin merasa bisa mencapai tujuan pribadi mereka dengan cara yang berbeda atau melalui jalur yang lebih fleksibel.
Pengalaman kurang menyenangkan dari senior yang terlibat dalam organisasi juga menjadi pertimbangan bagi beberapa mahasiswa. Keluhan tentang kurangnya kepedulian antar anggota, kelelahan akibat beban kerja yang berat, serta fokus pada agenda pribadi tanpa memperhatikan kepentingan bersama membuat beberapa mahasiswa meragukan manfaat dari berorganisasi.
Selain itu, beberapa merasa bahwa organisasi cenderung menjalankan kegiatan rutin tanpa perubahan atau kemajuan yang signifikan. Ini juga menjadi alasan lain yang menyebabkan kehilangan minat mahasiswa dalam berpartisipasi.
Menghadapi tren penurunan minat ini, universitas dan organisasi mahasiswa perlu merenungkan dan mengadaptasi pendekatan mereka. Penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, inspiratif, dan berkelanjutan agar dapat mempertahankan minat dan keterlibatan mahasiswa dalam organisasi.
[…] Menggali Akar Penurunan Minat Mahasiswa Dalam Berorganisasi […]