Kenapa Depresi Selalu Meningkat Ketika Menjadi Mahasiswa?
CIANJUR – Depresi bukanlah musuh yang asing bagi mahasiswa. Ia mengintai di sudut pikiran, merambah ke dalam perasaan, dan mengubah arah perilaku. Terikat dengan kepedihan yang tak kunjung usai dan kehilangan minat pada hal-hal yang dulunya menggembirakan.
Di tengah gurauan kampus, angka kecemasan mengintai. Menurut statistik yang dilnasir dari Verywelmind ada sekitar 53% mahasiswa pernah merasakan jejak gelap depresi. “Mahasiswa adalah kelompok rentan yang berada di ujung tanduk pengalaman baru, terkadang penuh kegembiraan, tapi kadang juga menimbulkan beban stres,” papar Randall Dwenger, MD, seorang ahli medis yang menangani kasus di Mountainside Treatment Center. Dia menekankan bahwa gejala depresi sering mulai muncul pada awal usia 20-an.
Baca Juga:
Dampaknya tak terbatas. Depresi merayap ke dalam ranah akademis, merusak ikatan sosial, dan merenggut kesehatan fisik. Bukan hanya itu, ia membuka pintu lebar-lebar bagi zat-zat berbahaya dan gangguan mental lainnya.
Pentingnya untuk mengenali sinyal-sinyal awal depresi pada mahasiswa tak bisa diabaikan. Diperlukan alat, sumber daya, dan dukungan yang memadai untuk memberikan jalan keluar.
Tantangan datang dalam deretan. Mahasiswa dihadapkan pada tantangan hidup baru seperti menjalani kehidupan mandiri, berkenalan dengan lingkungan baru, dan mengarungi perjuangan akademis yang berat. Semuanya tiba sekaligus, menciptakan korelasi stress yang tak terelakkan.
Baca Juga:
Gejala-gejala, apa pun bentuknya, memiliki potensi besar untuk menggangu performa akademis dan kesejahteraan mental mahasiswa. Namun, harapan masih ada. Dukungan tersedia, dan langkah-langkah telah diambil untuk menanggulangi krisis kesehatan mental ini.
[…] Kenapa Depresi Selalu Meningkat Ketika Menjadi Mahasiswa? […]