Mengenal Cianjur dari Berbagai Sudut

Belajar Seumur Hidup Bukan 12 Tahun

1

– Pendidikan bukanlah sekadar proses belajar mengajar yang terbatas dalam 12 tahun terakhir ini. Sejak zaman prasejarah, manusia telah mengakui pentingnya pendidikan dalam membentuk peradaban. Dalam buku Menggugat Pendidikan, para intelektual mengkritik pandangan bahwa pendidikan hanya sebatas kurikulum yang mengikat, namun juga sebagai instrumen manipulasi dan pembatasan kebebasan berpikir.

Para guru, sejak zaman Sokrates, selalu dihadapkan pada tantangan ekonomi yang berat. Namun, seiring berjalannya waktu, profesi guru semakin dihargai meskipun masih menghadapi berbagai persoalan sosial dan ekonomi. Namun, kurikulum pendidikan tetap kaku dengan membaginya dalam aliran konservatif dan liberal, meskipun kedua aliran ini tidak selalu diterima secara positif dalam masyarakat demokratis.

Di , meskipun tidak sepenuhnya mengikuti model pendidikan dari luar, perubahan dalam pendidikan terus berlangsung. Seragam sekolah yang tetap menjadi norma, metode pengajaran, dan peran guru terus mengalami evolusi. Namun, esensi belajar tentang dunia sering kali diutamakan daripada belajar dari dunia itu sendiri.

Baca Juga:

 Ketika Tertiary Education Merusak Mimpi Anak Bangsa

Di manapun, kurikulum masih diatur untuk menyatukan semua siswa dalam kelas-kelas besar, diajar oleh guru-guru dengan metode yang seringkali berulang-ulang. Namun, tujuan pendidikan tidak selalu jelas dalam hal menghasilkan warga negara yang produktif, melainkan terkadang lebih menekankan pada pengumpulan informasi dan pencapaian pribadi.

Pendekatan ini menimbulkan pertanyaan tentang pentingnya belajar seumur hidup, di mana pembelajaran tidak terbatas oleh batas waktu atau struktur formal. Ivan Illich menegaskan bahwa proses pembelajaran sejati lebih bernilai ketimbang sekadar hadir dalam ruang kelas dan meraih gelar.

Perubahan dalam sistem pendidikan mempengaruhi tidak hanya para siswa, tetapi juga guru-guru dan institusi pendidikan itu sendiri. Biaya pendidikan yang terus meningkat sering kali tidak sebanding dengan nilai pendidikan yang diterima siswa. Ini menciptakan tantangan baru dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang lebih berarti dan memotivasi.

Pendidikan tidak boleh hanya dianggap sebagai proses mekanis untuk mencapai gelar atau sertifikasi. Hal ini harus memfasilitasi eksplorasi diri dan pertumbuhan pribadi, membebaskan potensi kreatif dan intelektual setiap individu. Pendekatan ini, pada akhirnya, akan menentukan bagaimana kita sebagai masyarakat dan bangsa menghadapi tantangan global dan mempersiapkan generasi mendatang.

Baca Juga:

 Pengaruh Nilai Asia terhadap Praktik Koruptif

Pendidikan juga mengalami tantangan dalam hal struktur dan kebijakan. Pengijazahan guru sering kali dianggap sebagai pembatasan kebebasan berbicara, sementara biaya pendidikan terus meningkat di semua tingkatan. Pendidikan tidak hanya tentang gelar dan prestasi akademik, tetapi juga tentang memberdayakan individu untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat.

Belajar tetaplah harus seumur hidup karena bagaimana pun juga Pendidikan tidak hanya tentang kurikulum yang terbatas, tetapi tentang mempersiapkan generasi untuk menghadapi tantangan masa depan dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang kuat. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tujuan utama, dan pendidikan seumur hidup adalah kunci untuk mencapainya.

1 Comment
  1. […]  Belajar Seumur Hidup Bukan 12 Tahun […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.