Sejarah Kopi Cianjur di Jaman Kolonial: Pohon Pertama Gagal (Bagian 1)
Penulis : E.D Jenura
Menurut sejarah, kopi pertama kali ditemukan di Kefa atau Kaffa (Ethiopia) dan menyebar di Semenanjung Arab pada sekitar abad ke-15. Berkat para pedagang Arab, kopi perlahan-lahan dikenal hingga India, Asia Tenggara, serta Eropa.
Karena merupakan barang langka, kopi berharga mahal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan di Eropa. Dengan potensi keuntungan yang luar biasa, Belanda melihat peluang untuk mulai menanam kopi di wilayah jajahan mereka.
Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) telah dibentuk tahun 1602. Namun, Belanda baru bisa menanam kopi di wilayah kolonial pada 1658, saat Portugis berhasil diusir dari Srilanka.
Panen kopi Malabar berhasil. Mulai tahun 1663, kapal-kapal dagang Belanda hilir mudik dari pesisir Malabar (Srilanka) menuju Amsterdam.
Atas perintah Nicolaas Witsen, Gubernur East India Company saat itu, Pimpinan Perkebunan Malabar Adrian Van Ommen mengirimkan bibit kopi Arabika pertama ke Jawa pada tahun 1696.
Sayangnya, banjir besar menghancurkan generasi tanaman kopi pertama yang baru ditanam di wilayah Kedawung (sekarang Pondok Kopi, Jakarta, red) tersebut.
Tahun 1699, Malabar mengirimkan bibit kopi Arabika kedua yang kemudian tumbuh subur dan menghasilkan panen yang luar biasa karena ditanam di dataran tinggi sekitar Jakarta, termasuk di Cianjur.
Pengiriman pertama kopi Jawa ke Belanda dilakukan tahun 1711 sebanyak 894 pon atau setara 405 kilogram. Bupati Cianjur menyetor sebanyak hampir 100 pon (45 kilogram).
Belanda membeli kopi tersebut dengan harga 50 gulden per pikul (satu pikul kurang lebih 56 kilogram).
Dalam lelang kopi di Belanda, kopi Jawa tersebut terjual dengan harga jauh lebih tinggi karena kualitasnya dinilai sangat baik.
Dengan melihat keuntungan besar, Belanda kemudian mulai membuka banyak perkebunan-perkebunan kopi di Priangan.
Dalam artikelnya, Coffee for Cash: The Dutch East India Company and the Expansion of Coffee Cultivation in Java, Ambon and Ceylon 1700-1730, Gerrit J. Knaap mengungkap bahwa budi daya kopi meluas dengan cepat di Batavia dan wilayah dataran tinggi Priangan.