Pemkab Cianjur Berikan Bantuan Tanpa Bunga untuk Meningkatkan Produksi Pertanian Lokal
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur akan memberikan bantuan tanpa bunga untuk meningkatkan produksi pertanian lokal.
Melalui bantuan pertanian yang diberikan kepada petani di seluruh wilayah Cianjur, pemerintah berharap dapat menutupi kebutuhan pasar lokal.
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah, terutama untuk kebutuhan sayur-mayur.
Bupati Cianjur, Herman Suherman, dalam sebuah pernyataan kepada Antara, menyampaikan bahwa saat ini pedagang di tujuh pasar di Cianjur masih mengandalkan pasokan dari luar wilayah tersebut.
Hal ini disebabkan oleh minimnya hasil panen petani di beberapa wilayah yang menjual langsung ke pedagang di pasar Cianjur.
“Saya sudah meminta dinas pertanian untuk menggerakkan petani di seluruh wilayah Cianjur agar dapat meningkatkan hasil produksi dan menjualnya langsung ke pasar di Cianjur. Berbagai kemudahan, termasuk bantuan modal melalui BPR milik pemerintah daerah tanpa bunga, akan diberikan kepada para petani,” ungkap Herman.
Bagi para petani yang tertarik untuk mendapatkan bantuan atau tambahan modal, mereka dapat mengunjungi BPR milik pemerintah daerah di beberapa kecamatan dengan menyertakan keterangan sebagai petani binaan dinas.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa petugas dapat memberikan layanan dengan persyaratan yang mudah dan cepat, serta pengajuan pinjaman modal yang disesuaikan.
Herman menilai bahwa lahan pertanian yang dimiliki oleh petani di Cianjur sangat luas, ditambah dengan hasil panen yang melimpah.
Namun demikian, sebagian besar hasil panen tersebut masih dijual ke luar kota, sementara kebutuhan di pasar lokal Cianjur masih tinggi dengan daya beli yang sama.
Untuk itu, pihaknya menggencarkan berbagai bantuan kepada petani, terutama generasi muda yang berminat mengembangkan sektor pertanian.
Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar seperti cabai, sayur-sayuran, ayam, dan daging. Cianjur sendiri membutuhkan lebih dari 22 ton cabai setiap harinya.
“Belum lagi kebutuhan akan sayur-sayuran dan bumbu dapur lainnya yang banyak ditanam oleh petani di Cianjur. Namun sayangnya, hasil panen tersebut seringkali dijual ke luar kota karena harga yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan penjualan di Pasar Induk Cianjur,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya memerintahkan dinas pertanian untuk terus mengembangkan berbagai program guna menarik petani agar mau menjual hasil panennya di dalam kota Cianjur atau ditampung langsung oleh dinas dengan harga yang kompetitif.
Hal ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar secara lokal.
“Sambil menunggu perombakan BUMD yang sedang bermasalah, saya mendorong dinas pertanian tidak hanya membantu petani, tetapi juga menampung hasil panen mereka. Dengan demikian, kebutuhan pasar di Cianjur dapat terpenuhi secara lokal,” tambahnya.
Dengan terpenuhinya pasokan kebutuhan pangan dari petani lokal, diharapkan pengendalian harga dapat dilakukan dengan lebih efektif ketika terjadi kenaikan harga seperti yang terjadi pada harga cabai baru-baru ini.
Harga cabai sempat melambung hingga Rp 100 ribu per kilogram, namun saat ini telah turun menjadi Rp 40 ribu per kilogram.
“Jika pasokan sudah sepenuhnya berasal dari dalam kota, maka kenaikan harga dapat dikendalikan karena petani sebagai penyedia telah menjalin kerjasama dengan dinas. Sehingga harga di pasaran dapat ditekan ketika kebutuhan meningkat, seperti menjelang perayaan Idul Fitri tahun ini,” pungkas Herman.
Dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Kabupaten Cianjur ini, diharapkan dapat tercipta sistem pertanian yang lebih mandiri dan berkelanjutan, serta mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal dengan lebih baik.