Mengenal Cianjur dari Berbagai Sudut

Lontong Kuah Khas Cianjur, Nikmatnya Kuliner Sejak 1950

0

Cianjur, kota yang dikenal sebagai “Kota Santri,” memiliki beragam khas yang menggugah selera. Salah satu yang paling legendaris adalah lontong kuah.

Meski racikannya sederhana, cita rasa yang dihadirkan mampu bertahan hingga 74 tahun sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950.

Tidak hanya sate maranggi dan geco, lontong kuah menjadi sajian wajib bagi para pecinta yang berkunjung ke Cianjur. Keunikan racikan dan rasa dari lontong ini telah dinikmati sejak masa awal kemerdekaan Indonesia.

Lontong kuah khas Cianjur memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari lontong kuah dari daerah lain yang biasanya disajikan dengan banyak topping.

Lontong khas Cianjur ini justru tampil sederhana, hanya dengan potongan lontong, tahu rebus, dan kerupuk yang disiram kuah santan kental.

Walaupun tampilan lontong kuah Cianjur tampak sederhana, kelezatan rasanya tidak bisa dipandang sebelah mata. Perpaduan gurihnya santan dan 12 bumbu rahasia menciptakan sensasi rasa yang luar biasa di lidah. Setiap potongan lontong dan tahu yang lembut menyatu sempurna dengan kuah yang diolah secara tradisional.

Menurut Nida Ningsih, pemilik Lontong Kuah Pusaka, kuliner ini sudah ada sejak 1950 dan resepnya diwariskan secara turun-temurun dari kakeknya.

“Awalnya kakek saya yang menciptakan dan menjual lontong khas ini. Kemudian ini diwariskan ke anak-anak hingga cucunya. Sekarang, meskipun banyak yang menjual, Lontong Pusaka tetap yang pertama,” ujarnya.

Keberhasilan Lontong Kuah Pusaka bertahan selama lebih dari tujuh dekade tidak lepas dari komitmen menjaga cita rasa asli.

“Sejak harga Rp 350 hingga kini Rp 17 ribu per porsi, kami selalu menjaga takaran dan komposisi bahan baku. Meski harga bahan naik, kualitas tidak kami kurangi sedikitpun,” jelas Nida.

Selain warga lokal, lontong kuah khas Cianjur juga digemari oleh pelanggan dari luar kota seperti Bekasi, Depok, Jakarta, dan Tangerang.

“Banyak pelanggan yang awalnya diperkenalkan oleh warga Cianjur. Karena cocok dengan rasanya, mereka jadi langganan tetap, bahkan hingga ke anak-cucu,” tambah Nida.

Meski saat ini banyak cepat saji yang lebih digemari oleh kawula muda, Nida yakin tradisional seperti lontong kuah akan tetap bertahan.

“Memang mulai tergerus oleh kekinian, tapi tradisional tidak akan punah. Selalu ada penggemarnya, terutama karena citarasa yang unggul. Namun, perlu ada dorongan dari berbagai pihak agar kuliner tradisional tetap lestari,” tutupnya.

Dengan keunikan dan kelezatan yang terus terjaga, lontong kuah khas Cianjur tidak hanya menjadi saksi sejarah kuliner Indonesia, tetapi juga bukti bahwa tradisi kuliner dapat bertahan di tengah gempuran modernisasi.

Leave A Reply

Your email address will not be published.