Mengenal Cianjur dari Berbagai Sudut
Header Banner

Ini Alasan Cianjur Disebut Kota Santri, Banyak yang Belum Tahu!

0

Cianjur, sebuah kabupaten yang terletak di Jawa Barat, sering disebut sebagai “Kota Santri”. Tapi apa alasan disebut sebagai Kota Santri?

Julukan ini memiliki alasan yang menarik berdasarkan sejarah dan filosofi yang melandasi budaya dan kehidupan masyarakat .

Sejarah sebagai Kota Santri dapat ditelusuri kembali ke masa pendiriannya.

Raden Djajasasana, putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga keturunan Sunan Talaga, mendirikan Cikundul sebagai wilayah baru.

Dia berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan Banten dan dianugerahi gelar panglima (Wira Tanu).

Sejak itu, dia dikenal dengan gelar Raden Aria Wira Tanu.

Aria Wangsa Goparana juga mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Agama Islam ke daerah sekitarnya.

Citakan “NGAOS, MAMAOS, MAEN PO” menjadi filosofi yang mewarnai sebagai Kota Santri. Tradisi “ngaos” mengaji menjadi bagian integral dari kehidupan dan suasana .

Masyarakatnya sangat beragama dan berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan.

menjadi tempat berkembangnya pesantren dan kehadiran santri yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam.

Hal ini membuat dijuluki sebagai gudang santri dan kyai, sehingga mendapat julukan “Kota Santri.”

Selain keberagamaan, filosofi “mamaos” juga memberikan ciri khas pada budaya .

Seni mamaos, seperti tembang sunda Cianjuran, lahir dari karya Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti.

Seni ini menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup.

Mamaos menggunakan alat musik seperti kecapi indung, kecapi rincik, dan suling sebagai pengiring.

Filosofi “maenpo” menekankan pada keahlian dan ketangguhan dalam seni bela diri pencak silat. R. H. Ibrahim, yang dikenal dengan nama R. Djadjaperbata, adalah pencipta dan penyebar aliran maen po.

Pencak silat maen po memiliki ciri khas permainan rasa, yaitu sensitivitas atau kepekaan dalam membaca gerakan lawan.

Dalam maen po, terdapat ilmu liliwatan (penghindaran) dan peupeuhan (pukulan).

Apabila filosofi “NGAOS, MAMAOS, MAENPO” direnungkan, maka menjadi simbol keberagamaan, kebudayaan, dan kerja keras dalam masyarakat Cianjur.

Keberagamaan menjadi tujuan untuk membangun iman dan ketakwaan melalui pembangunan akhlak yang mulia.

Kebudayaan menjadi sarana untuk mempertahankan identitas sebagai masyarakat yang memiliki adab, tatakrama, dan sopan santun.

Kerja keras diimplementasikan sebagai semangat keberdayaan dalam meningkatkan mutu kehidupan.

Dalam konteks pencak silat maen po, liliwatan tidak hanya menjadi permainan bela diri, tetapi juga melambangkan upaya untuk menghindari perbuatan maksiat.

Peupeuhan atau pukulan mewakili kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup.

Dengan sejarah dan filosofi yang kaya, Cianjur layak mendapatkan julukan sebagai “Kota Santri.”

Budaya keagamaan, seni mamaos, dan keahlian dalam maen po merupakan landasan kuat yang membentuk identitas dan karakteristik masyarakat Cianjur.

Leave A Reply

Your email address will not be published.