Mengenal Cianjur dari Berbagai Sudut

Warisan Budaya Melalui Kebaya Yang Tidak Lepas Dari Zaman

0

Salah satu warisan budaya kenangan yang paling mendalam dalam ingatan saya adalah gambaran ibu dan nenek saya yang selalu mengenakan busana kebaya dan jarik atau kain batik panjang sepanjang hidup mereka.

Pada era 1970-an di Jawa, kebaya yang mereka kenakan—dilapisi dengan jarik panjang dan baju kebaya—seringkali dipadukan dengan rambut yang tersisir rapi dan digelung. Penampilan mereka, meski sederhana dan rapi, tetap terlihat anggun dan memesona, mencerminkan keindahan abadi dari busana tradisional ini.

Baca Juga: 

Menjelajahi Keindahan dan Kearifan Lokal di Kampung Budaya Padi Pandanwangi

Di masa lalu, kebaya dan kain panjang adalah busana sehari-hari yang dikenakan baik di rumah maupun pada berbagai acara formal dan informal. Untuk acara-acara formal, tambahan seperti kerudung atau selendang serta sanggul rambut yang lebih besar sering dipilih untuk memberikan sentuhan yang lebih elegan. Meskipun tren fashion telah berubah seiring berjalannya waktu, kebaya tetap bertahan dan bahkan semakin dihargai di tengah maraknya mode modern yang sering mengadopsi gaya Barat.

Seiring perkembangan dunia fashion yang terus menerus, kebaya telah beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya. Kini, kebaya tidak hanya dipadukan dengan kain panjang atau sarung, tetapi juga dengan rok, celana, bahkan celana jins, sambil tetap mempertahankan kesan anggun dan modis. Untuk menambahkan sentuhan kekinian, kebaya sering dihiasi dengan bordir, aplikasi bunga, payet, dan mutiara, menjadikannya semakin menarik dan sesuai untuk acara-acara spesial.

Pada acara-acara tertentu seperti pada acara wisuda ataupun pernikahan, kebaya yang dikenakan tidak lagi seperti kebaya sehari-hari. Dalam momen-momen tersebut, kebaya sering dihias dengan taburan payet, mutiara, dan swarovski—potongan kristal yang menyerupai permata—untuk memberikan kesan mewah dan glamor. Hal ini menunjukkan bahwa kebaya adalah busana serbaguna, cocok untuk berbagai jenis acara, baik formal maupun semi-formal.

Di Bali, kebaya tidak hanya dikenakan saat ke pura, tetapi juga pada hari-hari penting seperti Kamis, purnama, tilem, dan hari-hari besar agama. Para siswa dan pegawai negeri sipil di Bali diwajibkan mengenakan busana adat pada hari-hari tersebut, dengan kebaya sebagai salah satu pilihan utama. Kebaya yang dikenakan biasanya dipadukan dengan kain panjang seperti batik, tenun endek, atau songket, serta selendang yang melilit pinggang. Ini adalah bentuk pelestarian budaya yang penting, di mana sejak dini anak-anak diajari untuk menghargai dan melestarikan warisan leluhur melalui busana tradisional.

Pengakuan internasional terhadap kebaya juga semakin meningkat. UNESCO telah mengakui kebaya sebagai warisan budaya tak benda dari , menegaskan pentingnya melestarikan kebaya sebagai bagian dari identitas budaya dan mencegah klaim dari negara lain. Sejarah kebaya sendiri bisa ditelusuri hingga abad ke-15-16 Masehi, ketika busana ini dikenakan oleh wanita di sebagian wilayah Asia Tenggara, terutama di .

Upaya untuk menjaga kebaya tetap relevan dan hidup dalam dunia fashion modern tidak hanya terletak pada perubahan desainnya. Pada 9 Mei 2023, Ibu Iriana Joko Widodo berpartisipasi dalam Parade Berkebaya Adat Bali di Taman Budaya Art Centre Denpasar, yang diikuti oleh 14 ribu perempuan berkebaya. Acara ini merupakan contoh nyata dari upaya untuk menghidupkan kembali kebaya sebagai busana adat dan memperkuat posisinya dalam dunia fashion masa kini.

Hari Kebaya Nasional, yang diperingati setiap 24 Juli, juga merupakan bagian dari upaya pelestarian kebaya. Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Lestarikan Budaya Dengan Bangga Berkebaya,” yang menggambarkan komitmen untuk menjaga kebaya sebagai bagian integral dari budaya .

Baca Juga:

 Wisata Kampung Budaya Padi Pandanwangi Cianjur, Menggali Keindahan Alam dan Kearifan Lokal

Dengan semua perkembangan ini, kebaya tetap menjadi busana yang relevan dan dapat dikenakan di berbagai acara, baik resmi maupun informal. Model kebaya modern yang kini tersedia memberikan pilihan bagi wanita untuk menyesuaikan busana ini dengan kebutuhan dan selera pribadi mereka. Baik dengan model Sabrina untuk acara resmi atau kebaya dengan lengan berbagai ukuran untuk kenyamanan sehari-hari, kebaya tetap menjadi pilihan yang elegan dan tak lekang oleh zaman.

Tidak ada alasan untuk menganggap kebaya sebagai busana kuno atau ketinggalan zaman. Sebaliknya, kebaya adalah simbol warisan budaya yang sarat makna dan relevansi, pantas dikenakan dalam berbagai kesempatan. Dengan berbagai pilihan model yang ada saat ini, kebaya mampu menyesuaikan diri dengan tren fashion modern tanpa kehilangan esensi tradisionalnya. Jadi, bagi para wanita yang ingin merasakan keanggunan dan pesona kebaya, tidak ada salahnya untuk mulai mengenakannya, merayakan keindahan dan keunikan busana yang telah melewati ujian waktu ini.

Leave A Reply

Your email address will not be published.