Kisah ‘Sang Kuriang’ Karya Sastrawan Cianjur Yang Dilarang Tampil Oleh PKI
CIANJUR – Utuy Tatang Sontani, sastrawan asal Cianjur yang dikenal di Generasi 1960-an yang salah satu karyanya ‘Sang Kuriang’ pernah masuk ‘Daftar Hitam’ dan dilarang tampil oleh ketua PKI.
Utuy Tatang Sontani mulai dikenal dari sebuah surat kabar berbahasa Sunda di Bandung. Cerita-ceritanya sering dimuat di Sinar Pasoendan dan Sipatahoenan. Namun, ketika penjajah Jepang melarang penggunaan bahasa Sunda di surat kabar, Utuy terpaksa menulis dalam bahasa Indonesia. Karyanya juga dimuat di majalah Pantja Raja di Jakarta, yang semakin mengukuhkan namanya sebagai sastrawan berbakat.
“Sang Kuriang” adalah salah satu buku yang ditulis oleh Utuy. Buku ini merupakan sebuah drama yang menggambarkan kisah rakyat Sunda tentang Sang Kuriang. Dalam buku tersebut, Utuy berhasil menggambarkan perkembangan alam pikiran tokoh utama, Sang Kuriang, yang tidak mempercayai Dayang Sumbi karena tidak menyaksikan langsung kebenarannya.
Baca Juga:
Dibalik penolakan tampilnya, Kang Utuy juga merencanakan “Sang Kuriang” sebagai sebuah opera lengkap dengan aransemen lagu-lagu yang sudah disiapkannya. Opera ini rencananya akan ditampilkan di Universitas Seni Rakyat (UNSERA). Sayangnya, pertunjukan tersebut dibatalkan oleh D.N. Aidit, ketua PKI pada saat itu, sehingga masyarakat tidak dapat menikmati karya besar ini.
Karir sastra Utuy juga terhalang karena dirinya pernah dianggap sebagai pengarang Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang berafiliasi dengan PKI dan paham komunisme. Hal ini menyebabkan banyak karyanya tidak dapat dibaca oleh masyarakat luas selama bertahun-tahun.
Meskipun begitu, warisan sastra Utuy Tatang Sontani tetap hidup di hati mereka yang menghargai karya sastra Indonesia. “Sang Kuriang” tetap menjadi salah satu karya yang menunjukkan bakat luar biasa dari sastrawan asal Cianjur ini. Walaupun banyak karyanya yang tidak dapat diakses karena alasan politik, semangat dan dedikasi Utuy dalam dunia sastra tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus.