Punya Sejarah, Apakah Gunung Gede Akan Meletus Lagi?
Belakangan ini, Indonesia menjadi sorotan dunia karena aktivitas gunung berapinya yang semakin menunjukkan gejala aktivitas. Dari Gunung Merapi di Yogyakarta hingga Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, kekhawatiran akan letusan vulkanik menghantui banyak orang. Namun, ternyata di Jawa Barat, ada satu lagi gunung api yang jarang menjadi sorotan publik, yaitu Gunung Gede. Meski tergolong aktif, Gunung Gede memiliki daya tarik luar biasa dan sejarah meletus yang menarik untuk dijelajahi.
Gunung Gede: Keindahan dan Aktivitas Vulkanis
Di tengah rimbunnya gunung-gunung di Tanah Pasundan, Gunung Gede muncul sebagai salah satu gunung api yang masih aktif. Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan bahwa ada tujuh gunung api aktif di Jawa Barat, dua di antaranya, yaitu Gunung Gede dan Gunung Salak, berada dekat dengan ibu kota, Jakarta.
Gunung Gede, dengan ketinggian 2.958 meter di atas permukaan laut, terletak dalam Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat. Taman nasional ini merupakan salah satu dari lima taman nasional pertama yang diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Menariknya, setiap harinya, ratusan pendaki mengunjungi Gunung Gede untuk menaklukkan puncaknya dan menikmati keindahan alam sekitarnya.
Sejarah Letusan Gunung Gede:
Letusan pertama Gunung Gede tercatat pada tahun 1747 dengan skala ledak VEI-3. Letusan ini menghasilkan dua aliran lava yang terlihat dari kawah lanang. Tak lama setelah itu, letusan kecil terjadi pada tahun 1761, 1780, dan 1832.
Namun, yang paling mencengangkan adalah letusan kedua pada tahun 1840 dengan skala ledak VEI-3. Pada 12 November, jam 3 dini hari, gunung ini mengguncang hebat dan membangunkan warga yang tertidur pulas. Letusan ini tercatat sebagai yang terbesar dan berhenti pada Maret 1841. Dampaknya begitu besar, hingga Keresidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke Bandung pada tahun 1864, sebagai respons terhadap kerusakan yang disebabkan oleh letusan besar pada tahun 1853.
Setelahnya, Gunung Gede mengalami serangkaian letusan kecil sebanyak 24 kali, mengancam warga sekitar. Letusan terakhir tercatat pada tahun 1957 dengan skala ledak VEI-2. Meski saat ini aktivitas vulkanisnya masih aktif namun dalam fase tertidur, potensi dampak besar masih mengancam kawasan di sekitarnya, terutama Cipanas.
Kesimpulan:
Gunung Gede, dengan sejarah meletus yang mengesankan, tetap menjadi destinasi favorit para pendaki. Keindahan alamnya yang memukau dan potensi aktivitas vulkanisnya yang masih terpantau membuatnya menarik untuk terus dijelajahi. Namun, kewaspadaan dan mitigasi bencana perlu ditingkatkan, terutama mengingat dekatnya gunung ini dengan wilayah perkotaan yang padat penduduk. Seiring dengan pesona alamnya, Gunung Gede tetap menjadi bukti akan kebesaran dan ketidakdugaan alam yang perlu dihormati oleh kita semua.