Mamaos Cianjuran Meriahkan Peringatan Satu Tahun Gempa Cianjur
Seniman lintas generasi di Cianjur memukau penonton dalam pagelaran Mamaos Cianjuran yang digelar di Gedung Dewan Kesenian Cianjur (DKC) sebagai bagian dari peringatan satu tahun gempa bumi Cianjur.
Acara tersebut menjadi magnet bagi penonton dari berbagai kalangan yang larut dalam keindahan bait demi bait tembang yang disuguhkan dengan syahdu oleh para seniman.
Dhika Dzikriawan, penembang generasi baru Mamaos Cianjuran dan Ketua Panitia acara, mengungkapkan bahwa tembang yang dinyanyikan mencerminkan kondisi Cianjur setelah gempa setahun yang lalu.
“Mamaos Tembang Sunda Cianjuran di Cianjur saat ini ibarat pohon yang meranggas, sudah lama tak bertunas, daunnya berjatuhan,” ujarnya dengan nada haru.
Dalam sambutannya, Dhika menyampaikan bahwa Mamaos Cianjuran telah diakui sebagai warisan budaya dan diatur dalam Perda No. 10 Tahun 2020 dan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2021.
Ia menekankan bahwa pelestarian Mamaos Cianjuran bukan hanya tanggung jawab pemerintah, komunitas, atau masyarakat tembang Sunda, tetapi seluruh masyarakat Cianjur.
Acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari peringatan satu tahun gempa Cianjur dan didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Provinsi Jawa Barat Kemdikbudristek RI, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Yayasan Wira Budaya, termasuk Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia atau Lokatmala Foundation.
Dr. Yus Wiradiredja, tokoh penembang dan pemetik kecapi Cianjuran, mengungkapkan keharuannya melihat pagelaran yang melibatkan para penembang senior dan junior lintas generasi.
“Ini harus terus dikembangkan, ini harus terus diupayakan supaya mendapat tempat terbaik, agar Mamaos Cianjuran bisa dinikmati dan lestari dari generasi ke generasi,” ujarnya.
Yus Wiradiredja juga menjelaskan bahwa seni Mamaos Cianjuran merupakan musik tradisional Jawa Barat yang telah lestari sejak dua abad lalu.
“Alhamdulillah, hingga kini masih selalu dilaksanakan berbagai pasanggiri atau perlombaan yang secara rutin salah satunya diselenggarakan oleh Damas (Daya Mahasiswa Sunda),” katanya.
Ketua Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, Wina Rezky Agustina, menambahkan bahwa pagelaran Mamaos Cianjuran akan terus dilakukan untuk memperkuat silaturahmi antarpenembang lintas generasi.
“Kita berharap Mamaos Cianjuran bisa semakin dikenal luas beradaptasi dengan kemajuan zaman tanpa melupakan akar tradisi yang dimilikinya,” ucap Wina.
Wina juga berharap Mamaos Cianjuran mendapat tempat khusus bagi generasi muda dengan tampilan yang lebih inovatif sehingga bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, terutama anak muda.
“Kita optimis dengan munculnya penembang generasi muda saat ini akan melahirkan nuansa baru bagi kemajuan seni tradisi Tembang Sunda Cianjuran ini,” tambahnya, sambil menyampaikan terima kasih kepada Bupati Cianjur H. Herman Suherman atas dukungannya terhadap pemajuan seni dan budaya, termasuk Mamaos Cianjuran di Kabupaten Cianjur.