Kasus Pemerkosaan Dan Pembunuhan Dokter Moumita Debnath
CIANJUR – Kematian tragis Dokter Moumita Debnath, seorang dokter magang pascasarjana di Rumah Sakit RG Kar Medical College Kolkata, telah memicu protes yang mengguncang tidak hanya India, tetapi juga dunia internasional.
Pada 10 Agustus 2024, Dokter Moumita Debnath ditemukan tewas dengan luka-luka parah di wajahnya di aula seminar rumah sakit tempat ia bekerja. Kasus ini segera mencuri perhatian publik dan menimbulkan gelombang kemarahan serta kesedihan di kalangan profesional medis, mahasiswa, dan politisi.
Setelah penemuan jenazah Dokter Debnath, polisi segera menangkap Sanjay Roy, yang diduga sebagai pelaku pemerkosaan dan pembunuhan. Laporan otopsi mengonfirmasi bahwa dokter muda tersebut mengalami penyerangan seksual sebelum kematiannya. Asosiasi Medis India (IMA) segera melancarkan aksi mogok nasional, menyebabkan dampak signifikan pada pelayanan medis di seluruh negeri sebagai bentuk protes terhadap kekejaman yang terjadi.
Baca Juga:
May Day 2024 di Cianjur, Buruh Tuntut Perlindungan Hukum dari Investor Nakal
Menanggapi situasi ini, Pemerintah Benggala Barat memutuskan untuk memindahkan Kepala Sekolah Kedokteran dan Rumah Sakit RG Kar, serta memulai investigasi terhadap kemungkinan kelalaian yang berkontribusi terhadap insiden tersebut. Pada 12 Agustus 2024, Prof (Dr) Sandip Ghosh, Kepala Sekolah Kedokteran & Rumah Sakit RG Kar, mengundurkan diri dari jabatannya. Federasi Asosiasi Dokter Residen (FORDA) juga mengumumkan penghentian layanan elektif secara nasional sebagai bentuk protes tambahan terhadap kelalaian yang diduga terjadi.
Protes semakin meluas pada 13 Agustus 2024, ketika dokter di seluruh India turun ke jalan untuk menuntut tindakan tegas dari pihak berwenang. Calcutta High Court menganggap kasus pemerkosaan dan pembunuhan Dokter Debnath sebagai “sangat mengerikan” dan memerintahkan mantan Kepala Rumah Sakit RG Kar untuk mengambil cuti panjang. Protes ini menyebabkan gangguan serius pada layanan rumah sakit di seluruh negeri, mengganggu pelayanan medis yang esensial bagi masyarakat.
Pada 14 Agustus 2024, Central Bureau of Investigation (CBI) menangkap terdakwa dan memulai penyelidikan mendalam. Namun, ketegangan meningkat ketika, pada 15 Agustus 2024, sekelompok pria tak dikenal menyerbu Rumah Sakit RG Kar Medical College, merusak unit gawat darurat dan pos perawatan. Dalam konteks ini, IMA mengumumkan penghentian layanan medis secara nasional selama 24 jam pada 17 Agustus 2024 sebagai bentuk protes lanjutan.
Baca Juga:
Terungkap! Jasad Bocah Cianjur Ditemukan Hanya Menyisakan Tulang
Menanggapi eskalasi situasi, Presiden Nasional Asosiasi Medis India (IMA) pada 17 Agustus 2024 meminta intervensi langsung dari Perdana Menteri Narendra Modi. Dalam pernyataannya, Presiden IMA menekankan bahwa “waktunya sudah tepat” bagi PM untuk turun tangan dan menangani kasus ini dengan serius. Komisi Nasional untuk Perempuan (NCW) juga menyatakan keprihatinannya terhadap renovasi mendadak di lokasi kejadian di RG Medical College and Hospital, yang menimbulkan kekhawatiran tentang potensi pemalsuan barang bukti.
Kasus ini mengungkapkan kegentingan situasi keamanan di lingkungan rumah sakit dan menekankan perlunya reformasi mendesak dalam sistem perlindungan dan keadilan bagi tenaga medis. Protes yang meluas ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat yang tidak akan tinggal diam menghadapi kekerasan dan ketidakadilan. Ini adalah panggilan untuk perubahan yang nyata dan perlindungan yang lebih baik bagi semua pihak yang terlibat.