Mengenal Cianjur dari Berbagai Sudut

Ada Cerita Apa di Balik “Stasiun Cianjur”

0

Stasiun (CJ) adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di Sayang, Cianjur, Cianjur; pada ketinggian +439 m; termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung. Stasiun ini merupakan stasiun dengan kepadatan penumpang terbanyak di jalur Padalarang.

Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Ke arah barat stasiun ini, sebelum Stasiun Cibeber terdapat dua stasiun nonaktif, yaitu Pasirhayam dan Cilaku. Sedangkan ke arah timur terdapat Halte Maleber dan Halte Selajambe yang bernasib sama.

Bangunan dan Tata Letak

Stasiun mulai dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di tahun 1882, lalu diresmikan pada 10 Mei 1883 bersamaan dengan pembukaan jalur kereta Sukabumi-Cianjur. Stasiun awalnya memiliki enam jalur, termasuk jalur menuju gudang di seberang stasiun.

Karena sebagian besar kereta api lintas Jakarta–Bandung beroperasi melalui jalur Cikampek–Padalarang, maka jumlah jalur di stasiun ini berkurang menjadi tiga karena lalu lintas yang lengang.

Foto panoramik peron stasiun [wikipedia]

Stasiun yang dibangun oleh Staatsspoorwegen kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI. Stasiun ini terletak pada ketinggian +439 m di atas permukaan laut walaupun letak ketinggian sebelumnya pernah tercantum +438,756 m.

Jalur kereta api –Padalarang merupakan jalur semiaktif karena hanya lori, dresin, dan kereta inspeksi saja yang dapat melewati jalur ini.

Stasiun-stasiun di jalur ini juga sempat diaktifkan lagi untuk menyambut kereta api Kian Santang yang rencananya dioperasikan Maret 2014, tetapi perjalanan reguler yang telah direncanakan ditiadakan pada 2015 karena permasalahan teknis prasarana yang dianggap tidak layak operasi.

Direktorat Jenderal Perkeretaapian kemudian memutuskan untuk memperbaiki jalur kereta api lintas –Padalarang, perbaikan meliputi penggantian bantalan yang semula besi menjadi beton serta penggantian batang rel yang semula 33/42 kg/m (R33/R42) menjadi 54 kg/meter (R54) agar dapat dilintasi oleh lokomotif besar dan berat. Untuk tahap pertama, jalur yang diperbaiki adalah ruas –Ciranjang. Uji coba jalur tersebut telah dilaksanakan pada 22–24 Juli 2019.

Sejarah Stasiun

Perusahaan kereta api negara, Staatssporwegen (SS) memulai pembangunan jaringan kereta api pertama di Priangan pada tahun 1881.

Lintas yang dibangun ialah Bogor – Bandung –Cicalengka berdasarkan Undang-undang 6 Juni 1878 Staatblad nomor 201. Keseluruhan jalur sepanjang 184 km tersebut rampung pada 10 September 1884.

Tujuan pembangunan jaringan kereta api di Priangan terkait kepentingan ekonomi menghubungkan wilayah subur Priangan dengan pelabuhan di Batavia (Jakarta).

Letak Stasiun Cianjur ditandai lingkaran berwarana hijau, 1924. [Maps.library.leiden.edu]
Keberadaan jalur kereta api di Priangan juga untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Selain itu, sebagai sebuah perusahaan negara SS memiliki kewajiban mensejahterakan masyarakat dengan membuka daerah yang terisolasi.

Sebagai tempat pemberhentian naik-turun penumpang dan barang, SS membangun stasiun, halte dan stooplats. Perbedaan tersebut didasarkan pada tingkat pelayanan di pemberhentian tersebut. Salah satu stasiun yang dibangun ialah Stasiun Cianjur.

Pembangunan Stasiun Cianjur dimulai pada tahun 1882. Stasiun ini diresmikan untuk umum bersamaan pembukaan jalur kereta api Sukabumi-Cianjur 10 Mei 1883.

Bangunan Stasiun Cianjur mengadopsi bangunan yang bernuansa kental khas Eropa. Dulu, stasiun ini memiliki 6 jalur, termasuk jalur menuju gudang di seberang stasiun.

Bersumber pada jadwal perjalanan kereta api SS Westerlijnen yang dicetak tahun 1884, terdapat enam kereta api yang berhenti di Stasiun Cianjur.

Kereta api tersebut ialah kereta api jurusan Bogor – Cianjur (2 pp) dan kereta api dari Cianjur menuju Cicalengka (pp). Pada saat itu kecepatan rata-rata kereta berkisar 25-30 km/jam.

Perjalanan dari Bogor ke Cianjur dapat ditempuh kurang lebih selama 4 jam sedangkan Cianjur-Cicalengka sekitar 3,5 jam.

Biaya perjalanan kereta api dibedakan berdasarkan kelas. Pada tahun 1900, untuk perjalanan dari Bogor ke Cianjur penumpang kelas 1 (Eropa) merogoh kocek sebesar 6 gulden.

Dengan rute yang sama, penumpang kelas 2 (timur asing: Cina, Arab) membayar tiket kereta 3,75 gulden, dan tarif penumpang kelas 3 (campuran dan pribumi) cukup mengeluarkan uang 1,44 gulden. Sementara itu biaya barang per 10 kg adalah 0,29 gulden.

Sepasang suami istri orang Eropa berada di Stasiun Cianjur sekitar tahun 1936. [Kitlv.nl]
Paska kemerdekaan, untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada penumpang, Djawatan Kereta Api (cikal bakal PT KAI) melakukan klasifikasi stasiun guna menentukan fasilitas dan kondisi kebutuhan pengangkutan.

Melalui Surat Keputusan DDKA No. 20493/BB/54 tanggal 16 Maret 1954 ditetapkan klasifikasi stasiun menjadi 6 kelas, yakni Stasiun Besar, Stasiun Kelas 1, Stasiun Kelas 2, Stasiun Kelas 3, Stasiun Kelas 4, dan Stasiun Kelas 5. Stasiun Cianjur masuk dalam kategori stasiun kelas 2.

Saat ini, Stasiun Cianjur melayani perjalanan kereta api lokal Siliwangi dengan rute Sukabumi-Cianjur  sebanyak tiga kali pulang-pergi.

Jadwal keberangkatan pertama dari Cianjur yaitu pada pukul 08.15 WIB, selanjutnya pukul 13.50 WIB, dan terakhir berangkat pukul 18.15 WIB. Perjalanan dari Cianjur menuju Sukabumi memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Suasana Stasiun Cianjur pada tahun 1988 [Spoorwegstation op Java]
Leave A Reply

Your email address will not be published.