Manisan Khas Cianjur, Tradisi yang Bertahan di Tengah Modernitas Kuliner
Manisan buah merupakan salah satu kuliner khas dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang berhasil mempertahankan eksistensinya meskipun di tengah derasnya arus kuliner modern dan berkurangnya kunjungan wisatawan.
Olahan buah segar ini diawetkan dengan bahan alami, memberikan cita rasa yang unik dan khas bagi setiap pengunjung.
Penjual manisan dapat ditemukan di sepanjang Jalan Raya Puncak, di pusat kota, serta di perbatasan Cianjur dengan Bandung dan Sukabumi.
Toko-toko oleh-oleh di daerah tersebut seringkali memamerkan toples besar berisi berbagai jenis manisan buah, dan biasanya juga menawarkan beragam oleh-oleh khas Cianjur lainnya.
Keberagaman Manisan Cianjur
Awalnya, manisan Cianjur hanya terdiri dari beberapa jenis buah seperti mangga, salak, dan kedondong.
Namun, seiring perkembangan waktu, variasi manisan semakin bertambah. Saat ini, terdapat manisan dari anggur hutan, sayuran, hingga cabai.
Meskipun terdapat banyak variasi baru, manisan mangga, salak, dan kedondong tetap menjadi favorit di kalangan pelanggan.
Manisan ini masih menjadi kuliner khas dan oleh-oleh Cianjur, meskipun makanan kekinian dan cepat saji mulai mendominasi.
Banyak wisatawan dari luar kota yang menjadikan manisan sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Cianjur.
BACA JUGA: 5 Tempat Kuliner Terbaik di Sekitar Alun-alun Cianjur yang Nikmat dan Terjangkau
Harga Terjangkau dan Fleksibilitas Pembelian
Salah satu faktor yang membuat manisan Cianjur tetap diminati adalah harganya yang terjangkau, berkisar antara Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu per kilogram, tergantung jenis buah dan cara pengolahan.
Pembeli juga memiliki fleksibilitas untuk membeli dalam jumlah yang lebih kecil, mulai dari seperempat kilogram atau bahkan per ons, sehingga sangat ramah di kantong untuk dijadikan oleh-oleh.
Dampak Tol Cipularang dan Pandemi
Meskipun masih memiliki pangsa pasar yang cukup baik, penjualan manisan mengalami penurunan setelah dibukanya Tol Cipularang.
Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah wisatawan dan pengendara yang melintasi Cianjur.
Sebelumnya, setiap penjual mampu menjual hingga 60 kilogram buah per hari, namun kini rata-rata penjualan hanya mencapai 30 kilogram per hari.
Dengan adanya Tol Cipularang dan dampak pandemi COVID-19, penjualan memang mengalami penurunan.
Meskipun begitu, peminat manisan tetap ada, dan hasil penjualan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kesimpulan
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, manisan khas Cianjur tetap menjadi bagian penting dari kuliner lokal yang patut diapresiasi.
Keberagaman rasa, harga yang terjangkau, dan daya tarik sebagai oleh-oleh menjadikan manisan ini terus eksis di tengah persaingan kuliner modern.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Cianjur, mencicipi dan membawa pulang manisan buah sebagai oleh-oleh adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan.